Penggalan Cerita Ekonomi Indonesia Diparuh Waktu 2023

Oleh :Kusfiardi

Pada triwulan II-2023, BPS mengumumkan perekonomian Indonesia meraih pencapaian gemilang dengan Produk Domestik Bruto (PDB) yang menggelegar seperti gong festival. Nilai PDB mencapai Rp5.226,7 triliun atas dasar harga berlaku atau Rp3.075,7 triliun atas dasar harga konstan 2010.

Wow, angka-angka ini seakan-akan berbicara, atau mungkin sedang berdansa di atas spreadsheet!

Namun, mari kita merapat ke dalam dunia angka ini. Ternyata, lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib melesat dengan pertumbuhan 15,80 persen. Sungguh, kita semua tahu betapa bisa eksplosifnya pertumbuhan administrasi, bukan? Atau apakah ini hanya bentuk baru dari “pertumbuhan” yang sebenarnya hanya menghasilkan tumpukan formulir yang belum tentu bisa menjamin kesejahteraan masyarakat?

Lalu, jangan lewatkan pertumbuhan Konsumsi Pemerintah (PK-P) yang memukau sebesar 41,30 persen. Mengapa berhenti di situ? Mengapa tidak langsung 100 persen agar kita semua mendapatkan konsumsi pemerintah yang lebih baik, seperti ruang baca yang penuh dengan undang-undang yang belum pernah dibuka atau taman kota dengan patung-patung birokrat yang berpose layaknya pahlawan?

Ketika kita melihat pertumbuhan ekonomi terhadap tahun sebelumnya, lapangan usaha transportasi dan pergudangan melonjak sebesar 15,28 persen. Tapi jangan cepat berbangga dulu. Apakah ini menandakan kemajuan transportasi yang lebih efisien atau hanya peningkatan dalam pawai truk dan kontainer di jalanan? Ini adalah pertanyaan yang perlu dijawab oleh orang-orang dengan IQ lebih dari sekadar nomor plat kendaraan.

Dan apa kabar dengan pemberitaan tentang Pulau Jawa yang menjadi kontributor utama ekonomi nasional dengan peranan mencapai 57,27 persen? Hanya bisa membayangkan Pulau Jawa sebagai bos besar di kantor yang terus berbicara tentang kinerja luar biasa sambil mengabaikan suara kecil dari gudang atau sungai yang kian tercemar. Bukankah sudah waktunya kita memberi jalan bagi daerah-daerah lain untuk berbicara?

Jadi, sementara angka-angka ini menghipnotis dan mengundang tepuk tangan, mari kita tidak lupa untuk membuka mata kita pada aspek-aspek yang tidak segera terlihat dalam data mentah ini.

Bagaimana dengan dampak sosial?

 

Penulis adalah,

Analis Ekonomi Politik dan

Co-Founder FINE Institute

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

five × one =